Kamis, 01 Maret 2012

Linkup Teori Komunikasi

Komunikasi dapat berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi akan berlangsung. Komunikasi berarti proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).
Lingkup Teori Komunikasi
Teori Komunikasi Kelompok
Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan sebagian orang. Sejak lahir, seorang sudah bergabung dengan kelompok primer, yaitu keluarga. Seiring dengan perkembangan usia dan intelektual seorang akan masuk dan terlibat dalam kelompok sekunder, yaitu sekolah, lembaga agama, tempat kerja. Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Melalui kelompok memungkinkan seorang dapat berbagi informasi, pengalaman, dan pengetahuan dengan anggota kelompok lain.
Teori Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan tindakan untuk berbagi informasi. Tindakan komunikasi tersebut dalam beragam konteks, salah satunya dalam konteks organisasi. Dalam konteks organisasi, pemahaman–pemahaman mengenai peristiwa komunikasi yang terjadi didalamnya, contoh komunikasi antara karyawan dan atasan. Komunikasi merupakan aspek penting dalam suatu organisasi, baik organisasi profit maupun nonoprofit.
Teori Komunikasi MassaTeori Komunikasi KelompokTeori Komunikasi OrganisasiTeori Komunikasi Mass
Marshall McLuhan menyatakan bahwa kita hidup pada suatu ‘desa global’. Pernyataan ini mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang didunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Komunikasi massa mengandung pengertian sebagai suatu proses dimana institusi media massa memproduksi dan menyebarkan pesan secara luas kepada publik. Fokus kajian dalam komunikasi massa adalah media massa.
Secara teori, pada satu sisi konsep komunikasi massa mengandung pengertian sebagai suatu proses dimana institusi media massa memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publuk secara luas. Namun pada sisi lain, komunikasi massa merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience.
Teori Komunikasi Manusia
Teori Model Lasswell
Seorang ahli ilmu politik Amerika Serikat, Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutip banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect).
Pertanyaan-pertanyaan Lasswell meskipun sangat sederhana atau terlalu menyederhanakan suatu fenomena komunikasi massa, namun sangat membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur pada kajian terhadap komunikasi massa. Selain dapat menggambarkan komponen-komponen dalam proses komunikasi massa, Lasswell sendiri menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi.
Stimulus Respon
Teori stimulus respons ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah : pesan (stimulus), penerima atau receiver (organism), dan efek (respon). Dalam masyarakat massa, dimana prinsip stimulus-respons mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar individu, dan sejumlah individu itu akan merespons pesan informasi itu.
Komunikasi Dua Tahap dan Pengaruh Antarpribadi
Mengacu pada Sedjaja, teori komunikasi dua tahap dan konsep pendapat memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut : 
Individu tidak terisolasi dari kehidupan social, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok sosial.
Responds dan reaksi terhadap pesan dan media tidak terjadi secara langsung dan segera tetapi melalui perantara dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial.
Ada dua proses yang berlansung, yang pertama mengenai penerimaan dan perhatian, dan yang kedua berkaitan dengan respons dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap pentyampaian informasi.
Individu tidak bersikap sama terhadap pesan media, melainkan memiliki berbagai pesan yang berbeda dalam proses komunikasi.
Individu-individu yang berperan lebih aktif ditandai oleh penggunaan media massa yang lebih besar.
Secara garis besar, menurut teori ini media massa tidak bekerja dalam suatu situasi sosial yang pasif, tetapi memiliki suatu akses kedalam jaringan hubungan sosial yang sangat kompleks. Dan bersaing dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan, dan kekuasaan lainnya.
Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Teori ini berkaitan dengan teori massa, sasaran dalam pelaksanaannya adalah para petani dan anggota masyarakat pedesaan.
Teori Agenda Setting
Teori ini diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw, asumsi dasar teori ini bahwa jika media member tekana pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi masyarakat atau khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yang dianggap penting oleh media akan dianggap penting juga oleh masyarakat. Khalayak tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa arti penting diberikan pada suatu isu atau topic dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.
Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Malvin memfokuskan perhatiannya pada kondisi structural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya efek media massa. Teori ini pada dasarnya merupakan suayu pendekatan struktur social yang berangkat dari gagasan mengenai sifat suatu masyarakat modern, dimana media massa dapat dianggap sebagai system informasi yang memiliki peran penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik pada tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas social.
Pemikiran terpenting dari teori ini adalah bahwa dalam masyarakat modern, audience menjadi tergantung pada media massa bagi sumber informasi bai pengetahuan tentang, dan orientasi kepada, apa yang terjadi dalam masyarakatnya.
Teori Spiral of Silence
Teori ini menjelaskan bahwa jawaban dari pertanyaan terletak dalam suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antarpribadi, dan persepsi individu atas pendapatnya sendiri dalam hubunganya dengan pendapat orang lain dalam masyarakatnya. Ada hubungan yang signifikan antara persepsi dengan pendapat mayoritas, pengungkapan pendapat pribadi, kecenderungan dalam isi media, dan pendapat para jurnalis.
Teori Information Gaps
Latar belakang pemikiran ini terbentuk oleh arus informasi yang terus meningkat, yang sebagian besar dilakukan oleh media massa. Secara teoritis peningkatan ini akan menguntungkan setiap orang dalam masyarakat karena setiap individu memiliki kemungkinan untuk mengetahui yang terjadi disekelilingnya. Namun, informasi sering kali menghasilkan efek negative, dimana peningkatan pengetahuan pada kelompok tertentu akan menjauh dan meninggalkan kelompok lainnya. Dalam hal seperti ini information gaps akan terjadi dan terus meningkat sehingga menimbulkan jarak antara kelompok social yang satu dengan yang lainnya.
Uses and Gratification
Pendekatan uses and gratification ditunjukan untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dalam menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu. Pendekatan ini memberikan alternatif untuk memandang pada hubungan antara isi media dan audience. Katz menggambarkan logika yang mendasari pendekatan mengenai uses and gratifications ; Kondisi social psikologis seseorang akan menyebabkan adanya kebutuhan, yang menciptakan harapan-harapan terhadap media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada perbedaan pola penggunaan media yang akhirnya akan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya.
Teori Uses and Effects
Konsep uses (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media yang penyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media massa menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi.
Information Seeking
Donohew dan Tipton menjelaskan tentang pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi social tentang kesesuaian sikap. Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa orang cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan image of realitynya karena informasi itu bias saja membahayakannya.
Konstruksi Sosial Media Massa
Asal mula konstruksi social dari filsafat konstuktivisme, yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis.

Teori-Teori Komunikasi

Teori komunikasi adalah satu pandangan dan strategi yang akan membentuk alat dan rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan Dalam proses komunikasi teori akan membina bentuk dan kaidah komunikasi yang hendak dibuat. Melalui penulisan ini pejelasan tentang beberapa teori komunikasi akan dibuat.
Teori komunikasi di bagi dalam 12 teori yaitu :
1.      Teori Model Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).

2.      Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.

3.      Teori Informasi atau Matematis
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.

4.      Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).

5.      Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.

6.      Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.


7.      Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.

8.      Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.


9.      Teori The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.


10.  Teori Konstruksi sosial media massa
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.


11.  Teori Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.


12.  Teori Kultivasi
Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya.

Sumber :  Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. 
Mulyana, Dedy, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Buku, jurnal, dan sumber dari internet yang relevan.

Pemahaman konseptual pengertian dan pendekatan

Pemahaman Teori Komunikasi Pendekatan,pengertian,Kerangka Teori Analisis dan Perspektif.
A. Pemahaman Konseptual pendekatan dan pengertian
Ilmu komunikasi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidsipliner.
Pendekatan - pendekatan dalam keilmuan menurut littlejohn, dalam bukunya Theories of Human Communication (diterbitkan dalam beberapa edisi : tahun 1989, 1995, 2002), secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3(tiga) kelompok atau aliran pendekatan. ketiga kelompok tersebut adalah pendektan scienctific (ilmiah-empiris), pendekatan humanistic (humaniora interpretatif), serta pendekatan social sciences (ilmu - ilmu sosial).

aliran pendekatan scientific umumnya berlaku di kalangan para ahli ilmu - ilmu eksakta seperti fisika, biologi, kedokteran, matematika dll. menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas. objektivitas yang dimaksudkan di sini adalah objektivitas yang menekankan prinsip standarisasi observasi dan konsistensi. landasan filosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur. secara individual para peneliti boleh jadi berbeda pandangannya satu sama lain tentang bagaimana rupa atau macam dari bentuk dan struktur tersebut. namun, apabila peneliti terhadap suatu fenomena dengan menggunakan metode yang sama maka akan dihasilkan temuan yang sama. inilah hakikat dari objektivitas dalam konteks standarisasi observasi dan konsistensi.

ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yang tegas anatar known (objek atau hal yang ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku/pencari pengetahuan atau pengamat). salah satu bentuk metode penelitian lazim dilakukan adalah metodeeksperimen. melalui metode ini, si peneliti secara sengaja melakukan suatu percobaan terhadap objek yang ditelitinya. tujuan diarahkan pada upaya mengukur ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab akibat diantara dua variabel atau lebih, dengan mengontrol pengaruh dari variabel lain.

apabila aliran pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitas maka kelompok pendekatan humanistic mengasosiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas. perbedan - perbedaan pokok natar kedua aliran pendekatan ini anatara lain sebagai berikut.

1. Bagi aliran pendekatan scientific, ilmu bertujua untuk menstandarisasikan observasi, sementara aliran humanistic mengutamakn kreativitas indvidual.
2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedab -perbedaan pandangan tentang hasil pemngamatan , sementara aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
3. Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada di sana (out there) di luar diri pengamat/peneliti. dilain pihak , aliran humanistic melihat ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada disini (in here), dalam arti berda dala diri (pemikri, interpretasi) pengamat/peneliti.
4. Aliran scientific memfokuskan perhatian pada dunia hasil penemuan (discovered world) sedangkan aliran humasitic menitikberatkan perhatiannya pada dunia para penemunya (discovering person)
5. Aliran sciebtific berupaya memperoleh konsesus , sementara aliran humanistic mengutamakn interpretasi - interpretasi alternatif
6. Aliran scientific membuat pemisahan yang tegas anatar known dan knower, sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.

Pandangan klasik dari aliran humanistic adalah bahwa cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan menetukan penggambaran dan urainnya tersebut. karena sifatnya yang subjektif dan interpretatif, maka pendekatan aliran humanistic ini lazimnya cocok diterapkan untuk mengkaji persoalan persoalan yang menyangkut sistem nilai, kesenian, kebudayaan, sejarah dan pengalaman pribadi.

Dipergunakan dua pendekatan "scientific dan "humanistic" yang masing 0masing berbeda prinsip dalah karena yang menjadi objek studi dalam ilmu pengetahuan sosial adalah kehidupan manusia. untuk memahami tingkah laku manusia . untuk memahami tingkah laku manusia diperukan pengamatan yang cermat dan akurat. untuk jeals bahwa pengamatan harus dilakukan seobjektif mungkin agar hasilnya dapat berlaku umum tidak bersifat kasus. dengan kata lain para ahli ilmu sosial, seperti halnya para ilmu alam, harus mampu mencapai kesepakatan atai konsesus mengenai hasil temuan pengamatannya. meskipun kesepakatan/ konesus yang dicapai tersebut sifatnya "relatif" dalam arti dibatasi oleh faktor- faktor waktu, situasi dan kondisi tertentu.

sumber : Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk